AMPLIFIKASI DNA MENGGUNAKAN PCR
AMPLIFIKASI DNA MENGGUNAKAN PCR
A.
Pendahuluan
1. Latar
belakang
Perbanyakan DNA pada saat ini dapat
dilakukan di luar sel (in vitro) dengan ditemukannya suatu alat yang
disebut Polimerase Chain Reaction (PCR). PCR adalah metode yang
dapat mengamplifikasi logaritma sekuen pendek DNA menjadi DNA heliks ganda yang
panjang. Proses PCR meliputi 3 tahapan yaitu denaturasi, annealing, dan
sintesis DNA. Komponen yang terlibat di proses PCR sama dengan proses
replikasi, yaitu DNA polimerase, nukleotida, dan primer okazaki.
Teknik PCR dapat digunakan untuk
mengamplifikasi DNA target sehingga jumlahnya menjadi banyak. Teknik tersebut
dapat dilakukan secara in vitro dan berlangsung dalam waktu yang relatif cepat.
Proses perbanyakan DNA dilakukan dengan menggunakan reaction mixture dan
berlangsung dalam mesin thermal cycler. Reaction mixture merupakan campuran
yang terdiri atas beberapa komponen, diantaranya berisi
DNA cetakan yang akan diamplifikasi.
Teknik PCR merupakan suatu metode
enzimatik untuk memperbanyak (amplifikasi) DNA secara in vitro (ekstraselular).
Beberapa aplikasi metode PCR diantaranya human genome project, diagnosis penyakit
genetic, analisis filogenetik dan lain-lain. Oleh karena itu, dilakukanlah
praktikum teknik PCR sebagai modal awal sebelum mengaplikasikannya dalam bidang
genetika yang lainnya.
2. Tujuan
Praktikum
Praktikum amplifikasi DNA menggunakan
PCR bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja dari PCR.
3. Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum isolasi DNA tanaman
dilaksanakan pada hari selasa 18 Maret 2014 pukul 08.00-10.00 WIB di
laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
B.
Tinjauan
Pustaka
PCR (Polymerase Chain Reaction) atau reaksi berantai polimerase adalah
suatu metode enzimatis untuk memperbanyak secara eksponensial suatu sekuen
nukleotida tertentu secara invitro. PCR pertama kali dikembangkan oleh Kary
Mullis pada tahun 1985 seorang peneliti dari CETUS Corporation. PCR dapat melibat
memperbanyak molekul DNA dan memisahkan gen-gen; kelebihan metode ini adalah suhu
yang dapat tinggi dan rendah dengan cepat selain itu PCR juga bekerja dengan komponen
yang jumlahnya sedikit (Yuwono 2006).
Tahap amplifikasi oleh PCR
menyebabkan pita DNA mengalami denaturasi (DNA template memisah menjadi utas
tunggal). Tahap ini membutuhkan suhu 94ºC. Tahapan selanjutnya adalah primer
DNA menempel pada sekuen DNA target, dalam fase annealing ini suhu yang
dipergunakan adalah 55-65ºC. Tahap ketiga yaitu elongasi (pemanjangan), primer
DNA yang menempel pada sekuen tersebut memanjang sampai mencapai binding site
dari pasangang primer lainnya. Suhu yang digunakan pada tahap ketiga tersebut
yaitu 72ºC (Choirul 2006).
Prinsip kerja PCR yaitu
menggunakan reaction mixture serta memanfaatkan DNA polymerase yang
bersifat termostabil dan fragmen DNA yang pendek disebut primer. Primer
berfungsi untuk mensintesis secara langsung sekuens DNA target spesifik dari
DNA template. Reaksi sintesis tersebut terus berulang sehingga membentuk suatu
siklus. Produk dari siklus sintesis sebelumnya dapat berfungsi sebagai template
atau cetakan bagi siklus selanjutnya. Hasilnya ialah amplifikasi eksponensial
dari sekuens DNA target. Siklus yang berulang tersebut dapat berlangsung karena
penggunaan Taq polymerase. Taq polymerase ialah sebuah enzim polymerase
bersifat termostabil yang diisolasi dari bakteri termofilik yaitu Thermus
aquaticus (Astuti 2011).
Metode PCR dan elektroforesis
hanya digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya DNA HPV di dalam sel epitel
yang dicurigai terinfeksi HPV. Hybrid Capture System (HC-II) adalah metode pemeriksaan
hibridisasi dengan teknologi terbaru di bidang biologi molekuler. Metode
Multiplex HPV Genotyping Kit adalah metode yang digunakan untuk mengetahui genotipe
HPV (Novel 2009).
Pada metode terminasi rantai
(metode Sanger), perpanjangan atau ekstensi rantai DNA dimulai pada situs
spesifik pada DNA cetakan dengan menggunakan oligonukleotida pendek yang
disebut primer yang komplementer terhadap DNA pada daerah situs tersebut.
Primer tersebut diperpanjang menggunakan DNA
polimerase, enzim yang mereplikasi DNA. Bersama dengan primer dan DNA polimerase, diikutsertakan pula
empat jenis basa deoksinukleotida (satuan pembentuk DNA), juga nukleotida pemutus atau penghenti
rantai (terminator rantai) dalam konsentrasi rendah (biasanya
di-deoksinukleotida). Penggabungan nukleotida pemutus rantai tersebut secara
terbatas kepada rantai DNA oleh polimerase DNA menghasilkan fragmen-fragmen DNA
yang berhenti bertumbuh hanya pada posisi pada DNA tempat nukleotida tertentu
tersebut tergabungkan (Scheffler 2008).
C.
Alat,
Bahan, dan Cara Kerja
1. Alat
a. Centrufugasi
b. PCR
c. Eppendorf
d. Mikropipet
2. Bahan
a. Sample
DNA 5µl
b. Aquabides
c. 10
x Buffer PCR (500 Mm kcL, 100 mM Tris-HCl (pH8,4) pada suhu 20oC, 15
mM MgCl12 dan 1 mg gelatin)
d. 10
x primer 1 5 µl
e. 10
x primer 2 5 µl
f. Taqpolimerase
2,5 unit/50µl reaksi
3. Cara
kerja
a. Mencampur
semua komponen ke dalam eppendorf hingga
volume total 50 µl
b. Menambahkan
50 µl lisat sel dan mencampur sampai homogen, kemudian menambahkan minyak
paraffin ke atas campuran PCR
c. Melakukan
amplifikasi secara manual atau dengan menggunakan thermalcycler otomatos yaitu
dengan menginkubasi pada suhu
1) 95oC
selama 1 menit
2) 55oC
selama 1 menit
3) 72oC
selama 1 menit
d. Mengulangi
langkah ke poin ke c hingga 35 siklus
D.
Hasil
dan Pemahasan
1. Hasil
Pengamatan
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||
![]() |
Gambar 7. Bagan cara isolasi DNA
dengan PCR
![]() |
Gambar 8. Hasil Amplifikasi DNA
dengan PCR
2. Pembahasan
PCR (Polymerase Chain Reaction)
merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi) potongan DNA secara in
vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer
oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai pembatas daerah yang diperbanyak
adalah DNA untai tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA templatnya. Proses
tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang
bersifat semi konservatif. (Fatchiyah 2014). Adapun tahap-tahap dari PCR yaitu :
1. Denaturasi
Pada tahap ini molekul DNA dipanaskan
sampai suhu 94oC yang menyebabkan terjadinya pemisahan untai ganda DNA menjadi
untai DNA tunggal. Untai DNA tunggal inilah yang menjadi cetakan bagi untai DNA
baru yang akan dibuat.
2. Penempelan
(Annealing)
Enzim Taq polimerase dapat memulai
pembentukan suatu untai DNA baru jika ada seuntai DNA berukuran pendek (DNA
yang mempunyai panjang sekitar 10 sampai 30 pasang basa) yang menempel pada
untai DNA target yang telah terpisah. DNA yang pendek ini disebut primer. Agar
suatu primer dapat menempel dengan tepat pada target, diperlukan suhu yang
rendah sekitar 550C selama 30-60 detik.
3. Pemanjangan
(Ektension)
Setelah primer menempel pada untai DNA
target, enzim DNA polymerase akan memanjangkan sekaligus membentuk DNA yang
baru dari gabungan antara primer, DNA cetakan dan nukleotida.
Keunggulan metode PCR adalah
kemampuannya dalam melipatgandakan suatu fragmen DNA sehingga dapat mencapai
109 kali lipat. Keberhasilan PCR ditentukan oleh beberapa hal. Konsentrasi dan
kualitas DNA Konsentrasi DNA sebesar 0,01-0,1 µg setiap µl larutan template
sudah cukup baik untuk PCR namun yang paling penting adalah DNA harus bebas
dari pengotor seperti protein atau bahan-bahan yang tersisa saat purifikasi
seperti fenol atau alkohol. Temperatur Annealing dari kedua primer Ukuran dan
komposisi primer sangat mempengaruhi temperatur penempelan primer terhadap
untaian DNA target. Konsentrasi MgCl2 Konsentrasi MgCl2 sangat mempengaruhi
spesifikasi produk PCR, aktivitas serta kekhususan kerja enzim, penguatan
primer mencapai suhu optimumnya (primer annealing) dan penguatan fungsi primer
dalam sintesis pemanjangan rantai nukleotida. Enzim Polimerase Konsentrasi
enzim yang digunakan sangat tergantung dari jenis enzim. Pada umumnya
konsentrasi optimum berkisar antara 1,0-2,5 unit enzim setiap volume reaksi 50
µl. Konsentrasi dan kualitas primer Kualitas primer sangat tergantung pada
kualitas oligoprimer dan OD (optical density).
Komponen yang diperlukan untuk reaksi
PCR yaitu DNA cetakan. Merupakan keseluruhan DNA sampel yang di dalamnya
terkandung fragmen DNA target. Primer , buffer dan DNA Polimerase, DNA
polymerase merupakan enzim yang stabil dalam pemanasan dan umumnya digunakan
enzim Taq DNA polimerase (Taq = Thermus aquaticus). Enzim ini tetap stabil
mengamplifikasi DNA walaupun amplifikasi berjalan pada suhu mendekati titik
didih air. Buffer / Dapar digunakan umumnya mengandung MgCl2 yang mempengaruhi
stabilitas dan kerja enzim polimerase. dNTPS atau deoxynukleotide Triphosphates
merupakan suatu nukleotida bebas yang berperan dalam perpanjangan primer
melalui pembentukkan pasangan basa dengan nukleotida dari DNA target.
Hasil PCR yang baik jika DNA yang diPCR
juga baik khususnya dari segi kualitas. Primer adalah suatu oligonukleotida
yang memiliki 10 sampai 40 pb (pb = pasangan basa) dan merupakan komplementer
dari DNA target. Pemilihan primer yang tidak sesuai dapat menyebabkan tidak
terjadinya reaksi polimerasi antara gen target dengan primer. Berikut adalah
kriteria pemilihan primer panjang primer : 15-30 pb, kandungan GC sekitar 50%,
temperatur penempelan kedua primer tidak jauh berbeda, dan urutan nukleotida
yang sama harus dihindari. Ciri Hasil
Amplifikasi DNA yang baik yaitu di mana pita-pita DNA tidak semir atau jernih.
E.
Kesimpulan
1. Kesimpulan
Praktikum amplifikasi DNA menggunakan
PCR dapat disimpulkan bahwa :
a. PC
merupakan suatu motede yang digunakan untuk amplifikasi DNA
b. Prinsip
dasar dari amplifikasi DNA yaitu denaturasi, annaling, dan elongasi.
c. Bahan
yang digunakan dalam amplifikasi DNA yaitu DNA template, PCR, aquabidest dan
primer mix.
2. Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum tidak hanya
satu jenis tanaman yang diekstraksi secara langsung, tapi ada bagian tanaman
sehingga dapat dibandingkan secara langsung kualitas dan kuantitas DNA yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti P, H Yasmin. 2011. Pedoman Praktikum Genetika Dasar.
Jakarta Timur. PT. Pandu Aksara.
Choirul. 2006. Biologi Molekuler Sel. Jurusan Biologi Universitas. Bengkulu.
Fatchiyah 2014. Amplifikasi DNA. http://fatchiyah.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 5 april 2014.
Novel SS, Safitri R, Nuswantara S. Analisis Distribusi Genotipe HPV Dengan
Metode Linear Array HPV Genotyping Test. Bandung: Biologi FMIPA-UNPAD.
Scheffler, IE 2008. Mitochondrial DNA Sequencing and Anthropology. Mitochondria (ed. 2).
Hoboken. NJ: John Wiley & Sons.
Yuwono T. Teori dan Aplikasi PCR. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar